Blogger templates

Mengenal Hidroponik

Mungkin memang hidroponik sedang trend dan masyarakat mulai menyadari akan kebutuhan sayuran dan buah-buahan sehat untuk keluarga yang bebas pestisida. Untuk itu, di tulisan kali ini saya akan mencoba mengenalkan tentang hidroponik yang saya baca dan rangkum dari berbagai sumber. Kalau ada salah-salah, tolong dikoreksi ya, soalnya saya juga baru belajar dan baru mengenal hidroponik beberapa bulan ini saja, apalagi latar belakang juga bukan Pertanian. Hehehe..

Apa sih hidroponik?
Hidroponik berasal dari dua kata yaitu hydro yang artinya air, dan ponos yang artinya kerja. Definisi lengkap tentang hidroponik ini bermacam-macam, tapi dari keseluruhan dapat dirangkum bahwa hidroponik adalah metode bercocok tanam yang tidak menggunakan tanah dan memanfaatkan air yang diperkaya dengan unsur hara (atau biasa disebut nutrisi) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sistem hidroponik ini sudah ada sejak jaman dulu lho! Taman gantung Babilonia sudah menggunakan teknologi hidroponik dan NASA pada awalnya melakukan penelitian tentang hidroponik untuk memenuhi kebutuhan makanan dan Oksigen para astronot di kapal angkasa.
Kalau gak pakai tanah, terus media tanamnya apa dong?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hidroponik tidak pakai tanah. Beberapa sistem bahkan tidak menggunakan media tanam sama sekali seperti system rakit apung (akan saya jelaskan pada posting selanjutnya). Namun, untuk beberapa system dan tanaman, tetap dibutuhkan media tanam sebagai penopang akar agar tanaman dapat berdiri. Dalam hidroponik, media tanam yang digunakan adalah media tanam yang steril dan tidak mengandung unsur hara. Kenapa? Karena salah satu kelebihan system hidroponik adalah kita dapat mengatur masukan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk menghasilkan kualitas tanaman yang diinginkan. Bila terdapat unsur hara di dalam media tanam dan tidak dapat terukur jumlahnya, maka kontrol unsur hara pun terganggu dan dapat menyebabkan hasil tanaman yang tidak sesuai harapan. Selain itu, media tanam yang tidak steril dapat juga membawa virus, hama atau jamur yang tidak diinginkan dan membuat tanaman kita tidak bisa tumbuh optimal.
Media tanam yang biasa digunakan adalah rockwool, sekam bakar, cocopeat, hydroton, batu bata, perlite, vermiculite, dan zeolite. Masing-masing media tanam memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda dan tentu saja harga yang berbeda juga! Saya akan menjelaskan karakteristik masing-masing media tanam pada post selanjutnya. Namun perlu diingat, pemilihan media tanam tersebut harus dapat menahan air sekaligus memiliki sirkulasi udara (oksigen) yang baik. Oleh karena itu, tidak jarang media tanam tersebut dicampur dengan perbandingan tertentu untuk mendapatkan kemampuan menahan air dan sirkulasi udara yang baik, contoh yang umum digunakan adalah campuran sekam bakar dan cocopeat dengan perbandingan volume 1:1.
Beberapa media tanam dapat mudah diperoleh di toko yang menjual tanaman hias atau kebutuhan kebun, yaitu sekam bakar dan cocopeat. Zeolite lebih sering dijual di petshop karena biasanya digunakan sebagai pengganti pasir kucing. Untuk mendapatkan perlite, vermiculite, rockwool dan hydroton mungkin agak sedikit sulit. Ada beberapa toko online khusus hidroponik yang menjual dan sejauh ini saya tidak pernah kecewa berbelanja online untuk kebutuhan hidroponik. Namun, tidak ada salahnya juga berhati-hati dengan melihat testimoni dari pembeli sebelumnya dan mengecek reputasi penjual.
Nutrisi hidroponik itu apa sih?
Mendengar kata hidroponik, banyak orang berpikiran bahwa tanaman ditumbuhkan menggunakan air saja. Apakah bisa hidup kalau tanaman diberi air saja? Tentu saja tidak! Seperti manusia yang membutuhkan makanan 4 sehat 5 sempurna, tanaman juga membutuhkan beberapa zat untuk tumbuh. Berdasarkan penelitian, tanaman membutuhkan 16 unsur esensial yang harus dipenuhi untuk dapat tumbuh dengan baik. Secara garis besar unsur-unsur itu dibagi dua:
1. Unsur makro: unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Unsur tersebut adalah Nitrogen, Phosfor, Kalium (Potasium), Oksigen.
2. Unsur mikro: unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil. Unsur tersebut adalah Kalsium, Sulfur, Zat Besi, Magnesium, Boron, Mangan, Seng, Molibdenum, Tembaga, Kobalt, Klorin.
Baik metode konvensional, organik maupun hidroponik, cara tanaman mengambil unsur-unsur tersebut sama yaitu harus berbentuk ion. Dalam metode konvensional, unsur mikro biasanya tersedia di tanah dan unsur makro dapat ditambahkan dengan pupuk. Pupuk ini diurai oleh mikroogranisme dalam tanah sehingga dapat berubah bentuk menjadi ion yang bisa diserap tanaman. Untuk metode organik, pupuk kompos atau pupuk kandang juga perlu difermentasi terlebih dahulu dan diubah kembali oleh mikroorganisme di dalam tanah sehingga berbentuk ion. Nah untuk metode hidroponik, unsur-unsur tersebut langsung dilarutkan ke dalam air tanpa bantuan mikroorganisme sehingga langsung berubah menjadi bentuk ion yang dapat segera diserap tanaman.
Berbeda dengan metode konvensional & organik, dalam hidroponik kita dapat mengetahui kadar unsur tersebut secara tepat sehingga dapat mengatur ketersediaannya agar menghasilkan kualitas tanaman yang diinginkan. Oleh karena itu, tanaman biasanya tumbuh lebih subur dan memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi.
Jadi Hidroponik itu pake pupuk kimia dong? Berbahaya ga?
Pertanyaan ini sering sekali ditanyakan dan sangat wajar karena kita pasti tidak mau mengkonsumsi makanan yang malah berbahaya bagi tubuh kita.
Seperti yang saya jelaskan sebelumnya mengenai unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, semuanya zat kimia bukan? Bahkan tubuh kita pun disusun oleh molekul-molekul kimiawi. Jadi jangan takut dengan kata KIMIA, kita sehari-hari saja makan zat kimia bernama NaCl tapi baik-baik saja dan sangat menikmatinya. Tau kan apa itu NaCl? Bahasa kerennya sih garam dapur.
Iya, hidroponik menggunakan pupuk kimia berupa garam-garaman yang dilarutkan dalam air dengan kadar dan komposisi sesuai kebutuhan tanaman. Tapi ingat, bahwa baik kimia buatan maupun organik, tanaman hanya bisa menyerap unsur-unsur tersebut dalam bentuk ion! Sama sekali ga ada perbedaannya. Tanaman seperti juga tubuh kita, akan mengolah zat-zat kimia tersebut menjadi sesuatu yang bersifat organik yang dapat kita makan. Sayuran hasil hidroponik juga tetap organik lho, ga berubah menjadi sayuran plastik.
Untuk gizi, sudah ada penelitiannya bahwa tanaman paprika yang ditanam secara hidroponik memiliki kadar gizi yang lebih tinggi dibandingkan konvensional dan organik. Kenapa? Karena kita langsung memenuhi kebutuhan tanaman dengan kadar yang tepat sesuai yang dibutuhkannya.
Baik konvensional, organik maupun hidroponik, apabila dilakukan dengan benar tidak akan berbahaya bagi tubuh. Organik saja kalau dilakukan dengan tidak benar dapat membahayakan konsumennya karena pupuk masih dapat mengandung Salmonella dan E. Coli yang berbahaya bagi pencernaan. Jadi jangan khawatir mengenai nutrisi hidroponik selama metabolisme tanaman baik-baik saja, semuanya akan diubah menjadi zat-zat organik yang aman dimakan. Selain itu, nutrisi hidroponik biasanya memiliki green house grade di mana kadar kemurnian komponen-komponen nutrisi tersebut tinggi dan hampir tidak ada residunya. Hal tersebut dapat terlihat pada air nutrisi hidroponik yang larut sempurna.
Justru yang perlu dihindari dan berbahaya adalah penggunaan pestisida kimia yang tidak dimetabolisme oleh tanaman sehingga masih berbentuk zat kimia yang beracun apabila termakan oleh kita. Oleh karena itu, jauh lebih baik kita dapat menanam sayuran/buah-buahan untuk konsumsi sehari-hari sehingga kita tahu persis sayuran yang kita makan dan yang pasti bebas pestisida berbahaya.

0 Response to "Mengenal Hidroponik"

wdcfawqafwef