Blogger templates

Belajar Menanam Kangkung ala Hidroponik

Salam hidroponik.
Kali ini admin ingin berbagi cerita pengalaman admin selama berhidroponik, topik pembahasan kita adalah kangkung, ada yang belum mengenal kangkung? Menurut admin tanaman ini sangat familiar di Indonesia yang beriklim tropis.   
Kangkung,  juga dikenal sebagai Ipomoea reptans, merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair.
Kangkung mempunyai daun yang licin dan berbentuk mata panah, sepanjang 5-6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun. Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna putih, yang menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih. Terdapat juga jenis daun lebar dan daun tirus.
Sebagai pemula, tentu banyak kejadian menarik dalam menanam ala hidroponik yang kami alami.

Langkah awal kami adalah membeli bibit yang dijual eceran di sebuah toko bibit seharga Rp 12.000,- setelah itu kami menyiapkan media tanam berupa bak styrofoam bekas box ikan dan gelas aqua bekas. Dengan alat-alat seadanya seperti solder, pisau, dan cutter, kami mulai melubangi styrofoam dan gelas aqua bekas tersebut.
Styrofoam yang dilubangi
Kesulitan pertama kami adalah mencari bahan penyangga / medium tanam, yang lazim digunakan adalah rockwool, sekam, dan cocopeat, malangnya, ketiga-tiganya tidak kami dapatkan, akhirnya kami menggunakan busa/spons bekas kasur, ibarat pepatah, tak ada rotan akarpun jadi.
Spons yang dipotong-potong
O iya, di tempat tinggal Admin, Muara Teweh, mencari pupuk AB mix untuk hidroponik sangat susah loh, gak ada yang jual soalnya, jadi kami menggunakan pupuk NPK mutiara dan Gandasil-D dengan dosis kira-kira, hahahaha maklum newbie.
Spons tadi kami potong seukuran gelas, lalu melubanginya sebanyak lima lubang untuk memasukkan benih kangkung, kebetulan bibit yang kami beli adalah benih kangkung cabut. Kesalahan pertama kami adalah tidak melakukan penyemaian terpisah, melainkan langsung menyemai ke media air yang ditampung di styrofoam, sehingga benih mengenal pupuk terlalu dini, namun tidak masalah, benih tetap tumbuh dan bersemi, hehe.
Benih kangkung yang mulai berkecambah setelah 1 hari
Berbeda dengan cara belajar orang biasanya, kami melakukan dengan cara terbalik, praktek dulu baru mendapatkan teori, hal ini sebenarnya terjadi di luar keinginan kami, namanya juga belajar lapangan, kami selalu belajar dari kesalahan.
Benih berumur 4 hari


Benih berumur 5 hari
Betapa senangnya kami setelah 3 hari gelas-gelas kami mulai menghijau, setelah 4 hari hampir semua gelas di styrofoam sudah keluar daunnya, dari sini kami sadar, ternyata tidak semua biji tumbuh berbarengan, ada yang naik dan ada pula yang gagal. Akhirnya kami mulai menyediakan benih-benih baru sebagai pengganti benih yang gagal. Inilah langkah awal kami dalam penyemaian.

Semaian kangkung
Keuntungan melakukan penyemaian berdasarkan pengalaman kami adalah kita dapat menentukan bibit mana yang layak pindah ke media air, bisa berdasarkan kualitas benih maupun kuantitasnya dalam satu spons.
Setelah 2 hari dalam semaian, kami buru-buru memindahkannya ke dalam gelas, padahal menurut mbah google semaian itu bagusnya dipindah setelah berumur 1-2 minggu atau minimal telah mempunyai 4 daun. Setelah menambal-sulam bibit yang gagal, semaian kangkung kami yang tersisa cukup membuat kami garuk-garuk kepala mau dikemanain. Akhirnya Pak Zery bergegas mengambil sebuah jerigen besar dan sebuah wadah plastik tupperware, lalu melubanginya.
Jerigen 35 liter untuk hidroponik

Wadah tupperware untuk hidroponik
Sembari menunggu hasil tanaman kangkung yang katanya boleh panen setelah 25 hari, kami mulai coba-coba menyemai benih lain, seperti sawi dan selada, adapun artikel tentang keduanya akan kami bahas pada posting lainnya.
Kangkung umur 2 minggu sejak biji

Setelah 2 minggu, kami mulai garuk-garuk kepala lagi, katanya kangkungnya biisa dipanen setelah 25 hari, melihat pertumbuhannya yang lambat begini, kami mulai khawatir, akankah 10 hari ke depan bisa makan kangkung hasil tanaman sendiri?
Kami mulai browsing sana-sini, setelah konsultasi yang panjang dan mendalam, ternyata ada banyak faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan secara hidroponik, air, oksigen, dan sinar matahari, ketiga faktor penting inilah yang selama ini kami abaikan, belum lagi faktor-faktor sekunder yang lainnya.
Kami mulai melakukan reformasi, tepatnya pada pertengahan Januari, kami mulai melakukan penyemaian babak kedua, kali ini kami segera mengenalkan benih yang mulai berkecambah dengan sinar matahari secara teratur dari pagi hingga siang, kami mengganti air ledeng yang biasa kami gunakan dengan air galon, kebetulan kami punya penyaringan sendiri sehingga tidak terlalu repot.
Menjelang minggu ketiga, pada saat kami mulai memindahkan semaian kedua, kami mendapati hal yang sangat menyedihkan, tanaman kami diserang oleh makhluk yang tak teridentifikasi, pucuk-pucuk kangkung kami hilang satu persatu, kemudian batang-batang kangkung pun rata dengan tanah seperti habis ditebang dengan liar, kami sempat depresi, marah, sedih, jengkel, tapi tidak tahu harus bagaimana, akhirnya setelah melakukan pelacakan dan identifikasi dari TKP dan barang bukti yang ada, kami mendapati dua tersangka kuat yang bertanggung jawab atas insiden ini, belalang dan tikus. Kondisi menggenaskan yang menimpa tanaman kangkung tahap pertama kami ini sayangnya tidak terdokumentasi, karena perasaan yang campur aduk.
Alih-alih menggunakan pestisida dan insektisida, kami menggunakan paranet untuk melindungi tanaman kami dari serangan makhluk pengganggu, hal ini kami lakukan untuk mempertahankan kualitas tanaman yang siap makan mentah-mentah dan benar-benar bebas dari bahan kimia.
Seminggu kemudian, bertepatan dengan tanggal 31 Januari 2015, dengan berat hati kami memanen sisa kangkung angkatan pertama kami, yang berumur 28 hari sejak berbentuk biji tanpa dipotong hari semai.
Panen kangkung cabut Edisi 1
Kami tidak berkecil hati karena tanaman hidroponik kami yang lain sudah mulai menunjukkan hasilnya, kami terus-menerus melakukan perbaikan, meski masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami tidak malu untuk menceritakan kisah gagal kami yang mudah-mudahan bisa jadi pelajaran bagi kita semua, amin.
Salam hidroponik.
Kangkung Cabut Edisi 2 umur 10 hari setelah semai

Kangkung cabut edisi 2 dalam paranet

0 Response to "Belajar Menanam Kangkung ala Hidroponik"

wdcfawqafwef